Senin, 23 Maret 2015

“ Gerimis “


Part 1

Hari ini sepulang sekolah langit mendung lagi, tampaknya hujan akan turun. Ternyata benar, rintik demi rintik air hujan mulai turun. Ya lebih tepatnya gerimis, bukan hujan. Saat teman-teman yang lain berlarian untuk meneduh, aku malah berjalan pelan ke tengah lapangan basket. Kenapa dia malah berjalan ke lapang basket di tengah gerimis begini ? yah itu pertanyaan orang-orang yang tidak mengenalku. Tapi sahabat-sahabatku, keluarga-keluargaku, juga teman-teman sekelasku tau kalau aku suka gerimis. Kenapa aku suka gerimis ? karena gerimis itu membuat aku nyaman dan rindu.
Ya, nyaman dan rindu. Rasa nyaman yang selalu muncul saat gerimis datang. Dingin, air hujan itu terasa dingin menyentuh kulitku. Suara rintik hujan yang mengenai tanah dan batu terdengar indah di telingaku. Wangi air hujan yang khas menyentuh tanah, itu semua yang membuatku nyaman. Hal yang ku rindukan saat gerimis itu datang adalah kamu. Kamu, kamu orang yang tidak pernah ku kenal. Aneh tapi nyata, kamu orang yang selalu ku rindukan saat gerimis datang.
Waktu itu gerimis turun di sore hari tepat saat jam pulang sekolah, teman-temanku meninggalkan ku sendirian karena mereka semua dijemput oleh pacar mereka. Yah, bukan mereka tidak peduli padaku tapi akulah yang menjauhkan diri dari mereka saat pacar mereka datang. Rasa sakitku pada pria yang dulu pernah ada di hari-hariku belum bisa ku lupakan. Aku tau dia telah bahagia dengan wanita lain, tapi hatiku masih tidak bisa melupakannya.
Saat pikiranku terbang melayang, aku melihat seorang pria sebayaku sedang berlari ke arahku. Ke arahku ? oh tidak, tidak mungkin dia berlari ke arah ku. Kalaupun iya, mungkin dia hanya ingin berteduh di sini. Benar saja, dia hanya ingin ikut berteduh. Dengan spontan aku melihat lokasi sekolah di lengan baju seragamnya. Di sana tertulis SMK NEGERI 2 GARUT, tak ku sangka ternyata dia satu sekolahan denganku. Ku lihat dia dari bawah sepatu sampai atas kepala, seingatku tidak ada tampang pria seperti dia di sekolahku.
Tanpa ku sadari ternyata dia melihatku dengan keheranan, aku pun mulai tersadar dari keingintahuanku. Saat aku beranikan diri melihat wajahnya, dia tersenyum manis padaku. Ku kira dia akan marah padaku karena aku memperhatikannya, tapi tidak. Senyumnya yang manis itu menghangatkan hatiku. Pada saat itulah aku merindukan gerimis. Yah, gerimislah yang membawa dia datang padaku.

0 komentar:

Posting Komentar