Part 3
Aku hanya tertegun keheranan, bukannya
menjawab pertanyaan dari Dion. Sambil tersenyum Dion menatap dan berkata padaku
“ Hai Jess, ketemu lagi “. Dengan nada keheranan aku menjawab pertanyaan Dion “
Eh iya. Lo rajin juga ya, jam segini udah nyampe sekolahan “ dalam hati aku
bergumam, kenapa dia ingat padaku ? Apakah dia juga memikirkanku semalaman ? Jangan-jangan
dia merasakan hal yang sama dengan yang kurasakan, ah pikiran macam apa ini.
Mana mungkin seperti itu, iyakan ?. “ iya Jess, namanya juga murid baru. Kalau
telat ga lucukan “ tangan Dion masih memegang bahuku, entah mengapa aku merasa
nyaman setiap kali ada di dekatnya. Beberapa menit berlalu, kami hanya saling
memandang tanpa kata sampai bel masuk kelaspun berbunyi dan menyadarkan kami. “
Oh iya, gue duluan ya. Pak Dodit bilang kalau bel masuk kelas udah bunyi, gue
harus cepet ke ruangannya. Dah Jessica, sampe ketemu lagi “ Dion berlari-lari
kecil menuju ruangan di ujung koridor dekat kelas jurusan listrik. Yah, di situ
ruangan Pak dodit.
Pak Dodit adalah salah seorang guru di
sekolah kami, ia sangat ditakuti di seantero sekolah. Bagaimana tidak, Pak
Dodit adalah seorang guru sekaligus kesiswaan di sekolah kami. Hobinya adalah
menghukum anak-anak nakal yang ada di sekolah kami, sebenarnya Pak Dodit sangat
baik apalagi padaku mengingat Pak Dodit itu teman SMA ayahku. Pelajaran pertama
hari ini adalah IPS, pelajaran kesukaanku. Selama belajar IPS aku tidak pernah
mendapat nilai ulangan kurang dari 85. Guru IPS ku namanya Pak Uud, dia seorang
guru yang baik dan humoris. Cara belajarnya yang menarik membuatku mudah untuk
memahami pelajaran.
Oh iya, aku tidak memiliki teman sebangku
selama 3 minggu belakangan ini. Tadinya aku sebangku dengan Raka, Raka adalah
orang yang dulu sangat penting buatku. Raka adalah mantan pacarku. Sebelum aku
lihat dia bersama wanita lain dia sempat berbicara padaku, katanya aku adalah
sosok wanita yang sangat baik dan wanita yang paling ingin dia lindungi. Itu
katanya,tapi pada malam itu aku memergokinya sedang bersama wanita lain, aku
menghampiri Raka dan menamparnya. Tanpa mendengar penjelasan dari Raka aku
langsung pergi begitu saja. Sakit, sakit rasanya melihat orang yang kita cintai
bersama wanita lain. Keesokan harinya Raka tidak masuk sekolah dan sampai saat
inipun dia belum masuk sekolah. Entah apa alasannya hingga dia tidak pernah
masuk sekolah, mengundurkan diri dari sekolah ? tidak, aku yakin itu tidak
mungkin karena aku tahu betul Raka ingin sekali bersekolah di sini. Dikeluarkan
oleh pihak sekolah ? tidak, tidak mungkin. Raka adalah murid yang berprestasi,
dia selalu menjadi juara umum di sekolah ini. Apalagi dia adalah kapten tim basket
di sekolah ini, tim basket sekolah kami selalu mendapat gelar juara semenjak
Raka menjadi kapten tim basket sekolah kami. Jadi tidak mungkin kalau sekolah
mengeluarka Raka begitu saja tanpa sebab.
Aku sudah bertanya pada Pak kepala
sekolah, tapi beliau tidak mau memberi tahu apa alasan Raka tidak kunjung masuk
sekolah. Sudah ku coba bertanya pada teman-temannya, tapi mereka semua tidak
ada yang tahu. Sampai mendatangi rumah Raka pun sudah ku lakukan, tapi rumah
Raka selalu tidak ada orang. Kata tetangganya keluarga Raka sudah pindah, tapi
mereka juga tidak tahu keluarga Raka pindah kemana. Rasa sakitku melihat Raka
bersama wanita lain membuatku kecewa dan bertanya-tanya, tapi aku juga merasa
sangat bersalah pada Raka karena menamparnya dan langsung pergi begitu saja.
Saat aku tengah memikirkan Raka ada yang berbicara ......
0 komentar:
Posting Komentar