Jumat, 08 Mei 2015

" Gerimis "


Part 3

Aku hanya tertegun keheranan, bukannya menjawab pertanyaan dari Dion. Sambil tersenyum Dion menatap dan berkata padaku “ Hai Jess, ketemu lagi “. Dengan nada keheranan aku menjawab pertanyaan Dion “ Eh iya. Lo rajin juga ya, jam segini udah nyampe sekolahan “ dalam hati aku bergumam, kenapa dia ingat padaku ? Apakah dia juga memikirkanku semalaman ? Jangan-jangan dia merasakan hal yang sama dengan yang kurasakan, ah pikiran macam apa ini. Mana mungkin seperti itu, iyakan ?. “ iya Jess, namanya juga murid baru. Kalau telat ga lucukan “ tangan Dion masih memegang bahuku, entah mengapa aku merasa nyaman setiap kali ada di dekatnya. Beberapa menit berlalu, kami hanya saling memandang tanpa kata sampai bel masuk kelaspun berbunyi dan menyadarkan kami. “ Oh iya, gue duluan ya. Pak Dodit bilang kalau bel masuk kelas udah bunyi, gue harus cepet ke ruangannya. Dah Jessica, sampe ketemu lagi “ Dion berlari-lari kecil menuju ruangan di ujung koridor dekat kelas jurusan listrik. Yah, di situ ruangan Pak dodit.
Pak Dodit adalah salah seorang guru di sekolah kami, ia sangat ditakuti di seantero sekolah. Bagaimana tidak, Pak Dodit adalah seorang guru sekaligus kesiswaan di sekolah kami. Hobinya adalah menghukum anak-anak nakal yang ada di sekolah kami, sebenarnya Pak Dodit sangat baik apalagi padaku mengingat Pak Dodit itu teman SMA ayahku. Pelajaran pertama hari ini adalah IPS, pelajaran kesukaanku. Selama belajar IPS aku tidak pernah mendapat nilai ulangan kurang dari 85. Guru IPS ku namanya Pak Uud, dia seorang guru yang baik dan humoris. Cara belajarnya yang menarik membuatku mudah untuk memahami pelajaran.
Oh iya, aku tidak memiliki teman sebangku selama 3 minggu belakangan ini. Tadinya aku sebangku dengan Raka, Raka adalah orang yang dulu sangat penting buatku. Raka adalah mantan pacarku. Sebelum aku lihat dia bersama wanita lain dia sempat berbicara padaku, katanya aku adalah sosok wanita yang sangat baik dan wanita yang paling ingin dia lindungi. Itu katanya,tapi pada malam itu aku memergokinya sedang bersama wanita lain, aku menghampiri Raka dan menamparnya. Tanpa mendengar penjelasan dari Raka aku langsung pergi begitu saja. Sakit, sakit rasanya melihat orang yang kita cintai bersama wanita lain. Keesokan harinya Raka tidak masuk sekolah dan sampai saat inipun dia belum masuk sekolah. Entah apa alasannya hingga dia tidak pernah masuk sekolah, mengundurkan diri dari sekolah ? tidak, aku yakin itu tidak mungkin karena aku tahu betul Raka ingin sekali bersekolah di sini. Dikeluarkan oleh pihak sekolah ? tidak, tidak mungkin. Raka adalah murid yang berprestasi, dia selalu menjadi juara umum di sekolah ini. Apalagi dia adalah kapten tim basket di sekolah ini, tim basket sekolah kami selalu mendapat gelar juara semenjak Raka menjadi kapten tim basket sekolah kami. Jadi tidak mungkin kalau sekolah mengeluarka Raka begitu saja tanpa sebab.
Aku sudah bertanya pada Pak kepala sekolah, tapi beliau tidak mau memberi tahu apa alasan Raka tidak kunjung masuk sekolah. Sudah ku coba bertanya pada teman-temannya, tapi mereka semua tidak ada yang tahu. Sampai mendatangi rumah Raka pun sudah ku lakukan, tapi rumah Raka selalu tidak ada orang. Kata tetangganya keluarga Raka sudah pindah, tapi mereka juga tidak tahu keluarga Raka pindah kemana. Rasa sakitku melihat Raka bersama wanita lain membuatku kecewa dan bertanya-tanya, tapi aku juga merasa sangat bersalah pada Raka karena menamparnya dan langsung pergi begitu saja. Saat aku tengah memikirkan Raka ada yang berbicara ......

0 komentar:

Posting Komentar